Foto Wanita Berhijab Akar Masalah?

Salah satu ormas di Yogyakarta menuntut kampus Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta (UKDW) untuk mencopot baliho yang ada foto wanita berhijab yang merepresentasikan agama Islam. (cnnindonesia.com, 7-12-2016) Akar masalah klasik yaitu universitas Kristen yang mayoritas populasinya beragama  katanya tidak pantas memakai foto mahasiswi pakai jilbab. Ada kemungkinan bahwa tuntutan mereka menjalar ke Universitas Sanata Dharma (USD) dan Atmajaya yang dikelola oleh yayasan Katolik. Baliho dua kampus ini biasa juga memuat foto muslimah.

Tiga universitas Kristen di atas memang banyak mendidik mahasiswa beragama Islam. Sudah jamak melihat wanita berjilbab di berbagai sudut kampus. Bukan pemandangan aneh. Tidak juga ada diskriminasi dan pergaulan sangat terbuka serta lintas SARA. Hal biasa dan normal saja. Bahkan karena banyak kalangan biarawati Katolik yang kuliah khususnya di dua kampus terakhir, lumrah bila melihat seorang suster dan mahasiswa berhijab (atau mahasiswi agama Islam) berjalan gandengan tangan. Mereka bersahabat, tidak ada keributan yang perlu diteriakkan. Ormas pasti sudah mengetahuinya.

Di paska sarjana bidang Ilmu Religi dan Budaya (IRB) Sanata Dharma, kebanyakan mahasiswa per angkatan justru beragama Islam – sebagian lulusan S1 Universitas Islam Negeri (UIN) dari berbagai kota di Indonesia. Sebagian dosen juga beragama Islam termasuk (pernah) Rektor Universitas Muhamadiyah dan Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Tradisi akademik berjalan baik, lancar dan sangat interaktif. 

Para lulusan paska sarjana sudah menyebar ke penjuru-penjuru  Indonesia dan diterima keberadaannya. Mereka yang berhijab, tetap berhijab, tidak pernah menjadi Kristen. Bahkan ada yang tadinya tidak memakai jilbab justru berjilbab setelah kuliah di dalam. Hal ini mungkin belum diketahui para anggota ormas.

Mungkin anggota ormas bakal kejang-kejang bila mengetahui bahwa ada sejumlah pastor yang saban hari masuk keluar kampus-kampus Islam karena kepakarannya. Bisa mati suri malahan bila sadar bahwa ada pastor yang mengajar Islamologi di Universitas Islam Negeri (UIN). Dan sebaliknya, sejumlah pakar agama Islam mengajar di jurusan teologi baik universitas Kristen maupun universitas Katolik.

kata kata bijak, kata kata mutiara, kata kata cinta

Kepakaran mahal harganya, bung. Kepakaran selalu on demand. Kalau seorang pastor sudah mencapai tingkat professor, mengajar di berbagai universitas di belahan dunia, lulusan dari berbagai jenjang pendidikan dan terlibat dalam serangkaian riset mendasar, memangnya harus ditolak semata karena Allah katanya bilang demikian? Justru dalam situasi inilah kehidupan yang sesungguhnya menguncup yaitu ketika orang-orang beriman saling bertukar ilmu, mendengarkan dan  mempercakapkan agama secara keilmuan sahih.

Dasar desakan pencopotan baliho sangat tidak beralasan malah terkesan melucu. Memang pihak Univesitas Kristen Duta Wacana (UKDW) memenuhinya. Bahkan dikatakan bahwa pertemuan berlangsung lancar dan aman (ormas memberi batas waktu penurunan baliho). Namun adalah sebuah pengingkaran bila kita ‘terpesona’ dengan logika tuntutan yang sepintas masuk akal dan deskripsi pertemuan yang katanya aman. Bukan, sesekali bukan ini substansi soalnya.

Saya pikir kita sedang berhadapan dengan semacam obsesi - ini akar masalahnya. Foto wanita berjilbab adalah objeknya. Dalam pengertian psikologis, objek menempati fantasi yang meliar hingga memengaruhi pola berbahasa. Dengan begitu, obsesi terhadap suatu objek sangat emosional-posesif. Kita bisa membacanya dalam bahasa yang dipakai bahwa ‘tidak pantas’ bagi sebuah universitas Kristen memasang foto mahasiswa berjilbab. Ada kegelisahan besar dalam argumentasi yang sepintas mengatakan sesuatu ini. Bahwa hanya mereka (anggota-anggota ormas) yang paling tahu kepantasan bagaimana merepresentasikan wanita muslimah.

Sementara orang tampaknya menyetujui tindakan ini. Mereka menyorot upaya kampus-kampus Kristen dalam menjaring kalangan Islam dan gerakan Kristenisasi. Cara pikir ini bertentangan  dengan fakta lapangan dan semakin menguatkan hipotesa adanya obsesi.

Kita harus menolak setiap pembusukan akal sehat, melawan pemaksaan rasa takut dan menggalang kehidupan lintas SARA. Tuntutan mengesankan bahwa foto wanita berjilbab adalah sumber masalah padahal bukan. Pikiran yang mengartikan sebuah foto secara obsesif, itu yang harus dikonfrontir dengan realitas kemasyarakatan dan pengalaman pribadi. Makanya, kampanye hidup bersama ini sebaiknya juga melibatkan mereka. Itu cara terbaik untuk mencegah kerusakan sosial yang lebih jauh.

Apakah masalahnya bukan karena pemahaman agama yang dangkal seperti kata orang? Mereka ini bukannya tidak tahu, bukan juga pasti bodoh. Sepertinya ini gerakan masif, bagian dari teror pikiran dalam skala besar, yaitu menciptakan mekanisme self-censorship sehingga takut salah – takut salah terhadap Allah dan organisasi-organisasi yang mengklaim menjagaNya.

Kesan saya, kebanyakan mereka tidak menyadarinya, mungkin membaca nyaris tidak ada, namun teriak-teriak dalam superioritas palsu. Mereka barangkali angkatan yang 'diprogram ulang' secara masif sampai tingkat patuh auotomaton.

Rudy Ronald Sianturi (082-135-424-879)

Artikel-Artikel Populer
Cerita Singapura Buat Ahok: Jakar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Foto Wanita Berhijab Akar Masalah?"

Post a Comment