Ahok Seharusnya Populerkan Meditasi Yoga

Ahok hanya seorang gubernur di Jakarta, kota yang menjanjikan uang, kekuasaan dan ketenaran. Sudah banyak gubernur sebelum dia, tapi barangkali hanya dia yang tersohor multi fungsi, yaitu mengubah mental PNS, blusukan kondangan kampung dan membuat banyak pihak gerah hingga geram. Ahok sepertinya tenar bukan sebagai gubernur Provinsi DKI Jakarta tetapi karena persona dan cara mengontrol emosi dia. Kombinasi komitmen dan semburan ‘pemahaman nenek lue’ ini memunculkan ‘ide liar’ bahwa Jakarta harusnya menjadi kota Meditasi Yoga.

Serangkaian berita Ahok, setiap harinya, barangkali hanya mengerucut itu-itu saja semacam kontroversi reklamasi, hubungan ups dan down akibat UPS disihir UBS sama Haji Lulung, gaya bicara yang ‘trampil’ dalam cara mengendalikan emosi atau cara meredam emosi dengan membentakkan nada tinggi 10 oktaf – khususnya bila kesejahteraan manusia kota Jakarta dipertaruhkan dan dalam rangka melawan politisasi agama.

Barangkali Ahok stress. Serius, mungkin Ahok dalam tekanan. Wajar saja. Sebagai gubernur Jakarta, ia tiap hari kena serbuan pelangi: didemo kelompok baju putih panjang, massa buruh kaos merah, adek-adek mahasiswa baju kuning dan syukurlah, CD dan BRA berenda-renda menggemaskan – ada hitam, putih, dan pink bunga-bunga potongan sekseh. Dan orang stress perlu meditasi yoga, bukan begitu?

Ahok dan Meditasi Yoga

Kenapa saya justru memilih kota Jakarta sebagai Kota Meditasi Yoga, dan bukannya seperti Bandung yang diklaim kang Emil sebagai kota paling bahagia berhubung indeks kebahagiaannya paling tinggi? Alasan sederhana, kang Emil kurang menjual, kalau dibuat iklan bisa jeblok. Malah patut dicurigai bahwa Ridwan Kamil jauh lebih stress dari Ahok, hanya dia lebih pandai cara mengendalikan emosi. Komposisi penduduk Bandung kan terlalu banyak angkatan mudanya. Cuitan dia buktinya, banyaknya soal jomblo. Bayangkan kota isinya mayoritas wajah-wajah predator cari mangsa tak dapat-dapat, apa si abang tidak lelah lihatnya?

Tapi kan jomblo beda dengan single, sebab single adalah pilihan? Benar juga. Makanya Bandung tidak menjual. Orang memilih cenderung kurang tekanan dibandingkan orang yang harus menghadapi tekanan tanpa pilihan kecuali memilih satu kata: LAWAN! Kita butuh kota yang gubernurnya ikonik dalam soal cara mengontrol emosi. Ahok!

Ingat saja bahwa psikologi memaklumi bahwa manusia didesain untuk terus-menerus meningkatkan rasa senang atau yang membawa bahagia (pleasure) serta kecenderungan untuk mengurangi segala sesuatu yang membawa rasa tidak enak, tak nyaman, yang merugikan, membahayakan atau penderitaan (pain). 

Seringkali inilah awal mula manusia mengalami masalah atau gangguan emosi. Tidak harus buruk karena kita belajar mengendalikan bahkan memanfaatkannya. Namun dalam sejumlah kasus, gangguan itu bisa begitu intens sehingga orang merasa stress bahkan depresi atau menimbulkan berbagai gangguan fisik yang tidak sedikit, seketika ataupun jangka panjang.

Ketika seseorang terhalangi atau harus menunda pemenuhan kebutuhan dasariah ini, ilmu psikologi menamai ia berada di persimpangan jalan. Ia harus memilih apakah memberi respon secara objektif ataukah terbawa dorongan emosional. Timbul ketegangan dan tekanan. Boleh jadi, tekanan meningkat seiring ketegangan, seakan siap meletup dan melebar ke beberapa wilayah lain – bedakan dengan wilayah (tubuh) khusus yang melebar, itu mah menyenangkan.

Dengan fakta di atas, sulit mengajak kota paling bahagia seperti Bandung melakukan meditasi yoga. Mereka butuh pantai baru dilengkapi ‘pojok-mojok jomblo romantis’, itu baru benar. Lain halnya dengan Provinsi DKI Jakarta yang katanya sarang mafia, premanisme anggaran dan 'jualan' ayat-ayat, amarah serta frustasi dan terutama harapan akan perubahan butuh orang-orang sesuai kata psikologi tadi.


kata bijak, kata mutiara, kata cinta


Bayangkan iklan layanan masyarakat seperti ini. Topi kuali lebar belahan ala gedung DPR Senayan, menarik nafas panjang ala Kungfu Panda Tingkat Naruto, diiringi lagu Made in India, sang satria itu bernama Ahok. Tersenyum dia, agak menyamping, lalu ngomong, “Yuk meditasi yoga dengan saya di lapangan Monas biar jangan digaruk tim oranye sebab mereka buat pikun betulan, bukan mendadak pikun setelah edit video. Jangan kuatir, Monas sudah steril dari aktivitas terjun bebas akibat stress sejuta KTP”.

Stress dan Meditasi Yoga: Drama Jakarta

Jauh sebelum psikologi modern menyelidiki hubungan antara emosi, stress dan kesehatan mental, agama Hindu dan kemudian Buddha sudah merantau dalam ke dalam kesadaran manusia dengan meditasi atau meditasi yoga. Dan berhubung Kungfu Panda Ahok berasal dari Shaolin Tiongkok, tempat Tatmo, sang guru India, datang membawa ajaran Buddha dan mengajarkan pernafasan kungfu mirip sekali dengan prinsip-prinsip meditasi yogya, ada baiknya kita merogoh sedikit ke dalam Buddhisme.

Alkisah Bhadra Vudha, seorang murid Buddha terkemuka, hendak mengerti mengapa ada begitu banyak penderitaan dan bagaimana lepas dari siklus dan gangguan emosional ini.

Buddha menjawab adalah Tanha atau dorongan kuat atau nafsu yang menjadi penyebabnya. Kita mengerti dunia melalui berbagai indra yang mengirimkan informasi itu ke dalam pikiran. Akibatnya, pikiran mudah melihat dunia secara sensual. Timbullah perasaan ingin memiliki yang bisa begitu intens. Dan mulailah drama dan siklus penderitaan itu ketika sensualitas dunia mengusai alam pikiran.

Ilmu psikologi mengatakan bahwa penting bagaimana pikiran merespon. Adalah penting bagaimana menguasai pikiran.

Meditasi yoga adalah cara melatih pikiran untuk menjadi tuan panca indra serta tubuh. Duduk tenang mengosongkan pikiran dan/atau melakukan serangkaian pose dinamis adalah cara mengontrol bagaimana sensualitas dunia menjadi sesuatu yang membawa kita kian dekat pada kesadaran diri dan kekuatan kehendak -- bukannya memperbudak kita.

Drama akibat ingin memiliki berakibat lupa cara mengendalikan emosi ini, godaan duniawi yang bisa memperbudak terutama bila keluargamu besar (istri lebih dari hitungan satu) sering-sering kita lihat dipertontonkan di Jakarta. Mau contoh apa saja ada. Tadi sudah disinggung UPS metaformosis USB (sebagian mengatakan karena diludahi). Ada juga kata “pake” metamorfosis “oleh”. Ada lagi "sungai Ahok" metaformosis "sungai Foke".

Ada  kasus yang malah positif yaitu Maia metamorfosis Sophia Latjuba (catatan: sama-sama sekseh, harusnya bergabung saja biar Bekasi makin merona acah-acah).

Jakarta memang penuh drama, maka penanganannya harus dramatis - bukan dramatik seperti 'emak dramawati' teriak-teriak di depan gerbang balai kota. Ketrampilan dalam cara mengendalikan emosi bisa berarti meluapkan emosi dalam ketegasan. 

Akan tetapi, supaya tidak jatuh ke stress, meluapkan emosi juga ada jurusnya. Kungfu Panda saja perlu belajar, apalagi Kungfu Panda KW macam Ahok, perlu lebih banyak belajar lagi. 

Ahok itu sangat cerdas dan kontroversial. Sila tonton saat ia diwawancarai Mata Najwa dan Standup Comedy. Kata-katanya teratur, argumentasi logis-sistematis dan bisa menyelibkan humor ke dalamnya. Kalau bukan cerdas berarti brilian.

Nah, marah-marah Ahok itulah yang jadi daya tariknya justru karena ia tidak main drama. Ia melucu, berpikir, menghadiri kondangan dan marah keras, semuanya bagian dari karakternya. Di sisi lain, ia mestinya dalam tekanan hebat. Bagusnya, sejauh bisa diamati, dia bisa mengendalikan kewarasan dirinya bahkan kerap menghasilkan kebijakan yang tuntas meredam kelakuan dramatik sobat-sobatnya di DPR.

Dua sisi Ahok inilah jualan paling bagus. Sekaligus, tidak ada salahnya Jakarta memikirkan branding baru. Jakarta Kota Meditasi Yoga, bukankah keren kedengarannya. Setiap car free day, misalnya, orang banyak-banyak melakukan meditasi bersama. Balai Kota menyediakan pojok yoga dengan foto besar Kungfu Panda bertopi kuali Senayan – di atasnya bisa ditambahkan siluet Dian Sastro melakukan patukan (pose) Kobra. Lapangan-lapangan rumah susun, Senayan, Stadiun GBK, Monas, Petamburan dan trotoar depan kantor partai-partai, di hari-hari tertentu, dipakai buat meditasi dan yoga massal.  

Efek dari kebijakan ini pasti besar. Banyak orang makin sehat sehingga Kartu Sehat Jakarta akan lebih hemat penggunaannya. Uang makan Yang Mulia anggota dewan tidak perlu ditambah karena mereka tidak butuh nutrisi tambahan lagi. Tingkat emosi warga lebih terkontrol dan rasa kepercayaan pada gubernur makin besar. Sudah pasti kasus telat jogging posting instagram tidak bakal terjadi lagi. Yang hobi sedikit-sedikit bunuh diri massal, mau potong kuping bahkan ngiris itu-nya, mesti lupa pakai gertak sambal alay begitu lagi. Meditasi yoga membuat orang lebih berani, lebih berimbang, lebih jujur dan lebih tahan terhadap godaan.

Banyak orang -beragama dan berpolitik- perlu belajar mengolah nafas biar jangan negative thinking melulu. Apalagi pikiran mafioso Jakarta pada ngiler sama APBD 80T. Agama kerap dijadikan alasan padahal perilaku politiknya sering tidak konsisten. Pikiran, mulut dan kesalehan belum selaras, compang-camping malahan. Ibarat bagus tubuh buruk jiwa, Jakarta perlu diberesin sebelum jadi virus mematikan buat seluruh negeri.


Kelak ke ibu kota, saya ingin menemui kota bak taman teratai. Dalam bahasa sang Buddha, Jakarta mencuat dari kolam berlumpur mafia penuh drama tanpa bekas noda secuilpun, karena pikiran Ahok dan warga mampu mengatasi kegelisahan dunia dan menjadi cahaya – bagi Nusantara.

AH -Jakarta- OK bingits.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ahok Seharusnya Populerkan Meditasi Yoga"

Post a Comment