Cinta Super Berselingkuh

"Kalau kamu belum lompat pagarmu demi mencintai tetanggamu, kamu belum cukup ber-Tuhan"
(Rudy Ronald Sianturi)

Cinta yang melintasi sekat-sekat seringkali rasanya super. Yang dibutuhan hanya keberanian ‘berselingkuh’.

Berselingkuh itu mudah. Tidak perlu susah-payah mengukir kata kata demi menggombal. Cukup rasakan kasih yang menjiwa dalam kata. Dan kata akan menjadi cinta.

Begitulah pegalamanku pagi tadi. Tanpa disangka, hanya berbekal sepotong komentar di postingan ponakanku, saya dipertemukan dengan dua orang ponakan lainnya. Awalnya saya hanya tertarik pada baju cantik yang dikenakan ponakanku dan tanpa ragu memberi kata pujian atas penampilannya. Dalam hitungan detik, komentar lain muncul menimpali disusul komentar dari seseorang yang mengaku sang adik dan segera kubalas dengan canda. Dari sini mengalir kata berbalas kata sebelum saya sadar bahwa mestinya ada hubungan antara saya dengan kakak beradik ini.

Seperti ponakan yang pertama, dua ponakan baru ketemu ini terhitung kerabat kandung. Dan enaknya orang Batak, mudah melacak hubungan kami berdasarkan keturunan yang masih rapi dijaga. Mereka adalah anak dari saudari bapa saya. Terpaksa saya naik status, dipanggil dua perempuan cantik sebagai tulang alias paman – meski makna kata ini bagi orang Batak lebih dalam dibandingkan pengertian sehari-hari. Tulang adalah ejawantah cinta ilahi, menjiwainya adalah upaya seumur hidup.

Cinta tidak mengenal kata putus. Bila satu hal dibuka, seribu hal menanti dieksplorasi. Setiap pertemuan adalah ketersambungan. Cinta yang memutuskan adalah cinta diri. Maka ketika benar harus putus dalam arti sepakat berpisah pun, cinta yang sudah tumbuh tidak akan sia-sia. Ia akan membimbing jiwa untuk menemukan selipan-selipan arti dalam masa-masa yang sudah dilalui bersama. Dan bila demikian dalam sebuah relasi, begitu juga dalam kekerabatan. (baca juga: Kata Kata Cinta Asmara)

Saya merasa penasaran mengapa harus ketemu dua perempuan ini dengan cara seperti itu. Saya percaya bahwa kebanyakan hal dalam hidup kita terjadi bukan kebetulan tetapi karena semesta, demi cinta seluas tanah surgawi, hendak mengatakan sesuatu. Tugas kita adalah menemukan. Dan supaya ketemu, mulailah dengan bertanya-tanya.

Ada fakta menarik yang tersingkap. Dua ponakan ketemu gede ini sama-sama biarawati. Samar-samar teringat cerita orangtuaku tentang putri-putri saudarinya yang menjalani kehidupan selibat (tidak menikah) demi melayani Tuhan. Tidak salah lagi, ini sudah mereka.
kata bijak sabar kehidupan motivasi islami singkat  Mario teguh dalam kisah nyata
Keponakan saya dan sahabat Muslimnya
Sebagai biarawati, mereka tentunya harus disiplin  menjalani dan mengolah kehidupan rohani. Selain beribadah, mereka juga mendalami kehidupan kontemplatif atau meditatif dalam bentuk doa hening. Bisa duduk, berdiri, berbaring atau sambil berjalan, mereka akan masuk ke dalam batinnya, membiarkan sang penuntun agung – Roh Kudus – menemui atau memasuki pikiran dan hati dan memori dan emosi. Bisa juga dengn merenungkan beberapa ayat Kitap Suci, menggelutinya dan melihat aplikasinya dalam kehidupan nyata. Semuanya dalam rangka terus menjernihkan pilihan sebagai selibat dan menemukan pesan-pesan Tuhan yang membanjiri kehidupan mereka dengan cinta. (baca juga: Keponakanku Muslim, Saya Kristen)

Kesadaran menerangi pikiranku. Cinta dan kasih dalam rangkaian kata kata sederhana yang menimbulkan rasa hormat dan senang, adalah tema paling penting yang kualami hari ini. Saya ingat betul bagaimana kasih menjiwa kata dalam berbalasan komentar siang tadi. Saya teringat juga bagaimana ponakan yang menjadi sebab pertemuan dengan dua ponakan biawarati ini mengungkapkan rasa senangnya dalam balasan komentar tadi.

Muncul pertanyaan lain, karena seperti yang dikatakan sebelumnya, cinta adalah momen ketersambungan. Kesadaran saya ingin mengenal lebih dalam pesan Tuhan ini. Kalau demikian adanya bahwa cinta, kasih, adalah tema paling penting, lalu mengapa harus lewat dua orang ini? Bukankah setiap hari saya mengalami kasih dari orang-orang di sekitar saya?

Bertanya-tanya seperti ini membuka mata hatiku. Dari sekian banyak foto di akun dua ponakan ini, saya langsung kepincut pada foto yang saya sertakan di atas. Tanpa diminta, saya ikut tersenyum bersama mereka. Tiada kepalsuan kudapati, tiada tersembunyi pura-pura, hanya persahabatan pada tingkatan mendalam. Sang biarawati menggandeng perempuan muda berjilbab yang menerimanya dengan enteng, nyaman, sembari menyungging senyum memikat.

Di belakang mereka, sang Buddha yang inti ajarannya adalah welas-asih, tersenyum dalam sila lotus, yaitu simbol kesadaran puncak – pikiran bagai kuncup damai mengambang di permukaan air sedang akarnya kuat mencengkram tanah. Telinganya panjang tanda orang yang mencintai suka mendengarkan, memberi perhatian penuh pada lawan bicara, tidak menghakimi atau bersikap superior.

Saya paham seketika. Tuhan hendak menunjukkan bukan sekadar cinta atau pengalaman dikasihi. Tuhan membuka mataku bahwa cinta paling mulia, paling menyenangkan adalah ketika kamu mencintai tetanggamu seperti dirimu sendiri dan cinta seperti itu hanya diperoleh berkat pengalaman dicintai, dikasihi, sang Ilahi. (baca juga: Surat Cinta Kekasih Islam)

Di negeri yang sebagian orang rajin menghakimi atas nama Tuhan, menghalang-halangi umat lain beribadah, menciptakan serangkaian larangan yang merobek-robek tenunan sosial yang sudah terangkai indah selama ini, mencintai tetanggamu dengan menerabas pagar-pagar pemisah sebanding dengan 'berselingkuh' - demi cinta super!

Atau dalam bahasa yang sedikit nakal: "
Kalau kamu belum lompat pagarmu demi mencintai tetanggamu, kamu belum cukup ber-Tuhan".

Jual Tenun & Batik Rose'S Papua

Pemesanan:

082-135-424-879/LINE
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cinta Super Berselingkuh"

Post a Comment