Ketika Generasi Muda Disodori Komunisme: Religius Maksimal, Substansi Minimal

“Suara jernih dan ekspresi kata bijak dan cinta di tengah pembusukan akal sehat”

Sekarang ini, negara Indonesia didominasi generasi muda atau ABG (Anak Baru Gede) dengan dua karakteristik, yaitu (1) sedang berproses mencari jati diri dan (2) kurang tahu dan sebagian, buta sejarah (yang benar) namun sangat antusias beragama. Sebagai agama mayoritas, Islam dengan sendirinya menyumbang populasi ABG  terbanyak.

Sesungguhnya, besarnya populasi generasi muda Indonesia merupakan hal biasa bahkan sebuah anugerah terindah dalam masyarakat dengan bonus demografi seperti bangsa kita.
Masalah muncul kala sejumlah pihak, dalam konteks politik maupun kontestasi politik, mencoba mengeksploitasi anak-anak muda yang masih labil dan mudah terbawa arus ini. Apalagi bila upaya-upaya politik tersebut dilancarkan dalam rangka mendiskreditkan pemerintah sah yang terpilih secara demokratis dan langsung menyerang Presiden Jokowi secara pribadi.

(Baca juga: Payungi Jokowi, Kawan)

Apa yang kita saksikan belakangan ini mencerminkan eksploitasi brutal lipat dua: naif sejarah dan gairah religius.

Pengetahuan sejarah yang minimal dan semangat keagamaan tanpa sikap kritis yang memadai merupakan kondisi paling rawan dalam sejarah pertikaian antar warga sipil dan berbagai konflik bersenjata di berbagai belahan dunia sejak dahulu kala. Eksploitasi kerawanan sosial ini dalam populasi ABG yang sedang diguncang berbagai pertanyaan dan ketidakpastian akan masa depannya, apa lagi yang kita harapkan kecuali kekerasan hati dan tumpahan frustasi dalam samaran bela agama akibat kapasitas nalar yang belum berkembang maksimal sementara agitasi dilancarkan secara masif?

Dalam konteks negara dan politik Indonesia, adanya berbagai isu dan gosip kebangkitan komunisme di Indonesia atau Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan memosisikan komunisme sebagai monster yang siap menelan agama, menjadi santapan yang langsung dilahap tanpa pikir panjang. Tentu saja isu-isu yang dilempar ke tengah-tengah generasi muda Islam tersebut minim substansi, bertabur kata-kata (sangat) remeh-temeh dan melenceng dari penalaran sejarah yang bertanggung-jawab. Akan tetapi, kenaifan anak-anak muda justru kian diperkuat, dimanipulasi, dikomporin dan dipangkas maksimal hingga tersisa sekadar gumpalan besar kemarahan berbingkai keagamaan demi meraih dukungan politik secara tidak sehat.
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata
Menghancurkan mudah, mendidik butuh waktu
Bertemunya fundamentalisme, kenaifan sejarah, penalaran nyaris tanpa resistensi kognitif serta politicking, modal dan kegemaran korupsi - segala kepentingan- menciptakan generasi yang begitu percaya pada segala hal, biarpun logika dan kata-kata absurd, tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagaimana disodorkan oleh orang-orang yang sedang memperalat mereka.

Siapapun bisa melihat bahwa di hadapan kita semua adalah politisasi agama (Islam) yang didorong oleh berbagai kepentingan politik.

Situasi bangsa yang seperti ini jelas sangat mengkuatirkan bahkan menggerogoti sendi-sendi agama Islam dari dalam tubuhnya sendiri. Setiap agama ingin berkembang secara sehat dan menaruh harapannya pada generasi mudanya.

Setiap agama akan kuat apabila para penganutnya dihantar untuk mencapai kematangan religius maksimal seiring intelektual dan sosial-politik. Politisasi agama sebaliknya adalah penggembosan dari dalam oleh sejumlah pihak yang membuat proses pematangan religius mengandung berbagai kontradiksi dan kecondongan destruktif.


Skenario terburuk yang sangat mungkin terjadi adalah terciptanya generasi muda Indonesia yang 'religius maksimal, subtansi minimal'.


(Baca juga: Anak-Anak Adalah Maklumat Kehidupan)

Kadangkala kita perlu berhenti sejenak dan sungguh-sungguh bertanya, tidakkah politisasi agama yang mengeksploitasi kenaifan generasi muda Islam secara brutal termasuk upaya masifikasi pengkafiran mencerminkan sebuah 'bunuh diri' massal secara religius?

Sadarkah kita bahwa strategi politik yang dipakai para 'pengkritik' Jokowi dan pemerintah Indonesia secara keseluruhan, yang tanpa ragu menggulirkan kata-kata fitnah dan berbagai klaim sejarah yang sangat absurd semata hendak membenarkan jalan kekerasan yang diambilnya, ternyata mengandung banyak kesamaan dengan strategi masifikasi kebencian yang dilancarkan Partai Komunis Indonesia atau PKI (benaran, bukan jutaan korban pembantaian massal yang belum tentu bersalah) dahulu?


Generasi muda Islam, khususnya yang sedang ditarik berbagai kepentingan ekonomi politik ini, akan sangat 'menentukan sekaligus mencemaskan' di rentang 5-10 tahun mendatang: apakah kita saling memerangi atau saling membangun? Apakah Pancasila yang telah melindungi dan menuntun perjalanan bangsa ini masih menjadi kisah nyata kelak?


(Baca juga: Cinta Dahsyat Buddhisme dan Injil Kristen)

Saya mengundang siapa saja untuk menjadi suara jernih, kata bijak dan ekspresi kata cinta di tengah-tengah pembusukan akal sehat ini. Tidak mudah mendirikan bangsa Indonesia. Apakah anda rela hidup di negeri puing-puing, di negeri mayat-mayat berserakan?

Salam Nusantara
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata


 Pemesanan:
082-135-424-879/WA
5983-F7-D3/BB

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Generasi Muda Disodori Komunisme: Religius Maksimal, Substansi Minimal"

Post a Comment